Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), tim edukasi YIARI di Lampung dan Kalimantan Barat lagi kompakan nih bikin kegiatan sama adik-adik mengenai sampah. Kegiatan yang punya tajuk “Daur Ulang Sebelum Dibuang” ini juga merupakan ajang kreativitas buat adik-adik berkreasi dengan sampah.
Kebetulan banget, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada HPSN 2024 ini mengangkat tema utama yaitu “Atasi Sampah Plastik Dengan Cara Produktif”. Tema ini dipilih sebagai bentuk dukungan dan dorongan terhadap partisipasi masyarakat dalam upaya pengolahan sampah melalui usaha produktif.
Meski lokasi kegiatannya beda-beda, tentunya tim edukasi punya misi khusus untuk menyisipkan pesan lingkungan selama berkegiatan. Setidaknya dari pesan yang tipis-tipis tersebut, adik-adik bakal lebih aware sama isu sampah. Kelak, kepedulian mereka semakin menyala sama lingkungan.
Aksi Bersih Sampah di Sekolah
Di tanggal 22-23 Februari, tim edukasi Ketapang YIARI berkolaborasi dengan Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Dinas Perkim-LH) menginisiasi kegiatan di SDN 23 Matan Hilir Selatan. Kegiatan kolaborasi ini juga melibatkan kakak-kakak mahasiswa Politap Negeri Ketapang sebagai kakak pendamping.
Menurut Kak Vio nih, selaku koordinator edukasi di Pematang Gadung. Adik-adik di sekolah masih terbiasa jajan dan membuang sampahnya sembarangan. Oleh karena itu, saat kegiatan berlangsung kak Vio menerapkan aturan khusus kepada siswa-siswa.
“Kita imbau adik-adik nih buat bawa bekal makan dan minum sendiri dari rumah, supaya mereka terbiasa mengurangi produksi sampah,” kata kak Vio menjelaskan aturan selama kegiatan berlangsung.
Di hari pertama, Dinas Perkim-LH memaparkan materi mengenai kreasi-kreasi daur ulang dari sampah plastik. Baru setelah itu, siswa diberi waktu untuk membuat kreasinya sendiri.
“Kita dorong siswa-siswa ini belajar mengolah sampahnya dengan kreativitas,” ucap Bang Yusuphan dari Dinas Perkim-LH selepas memberikan materi.
Bang Yusuphan berharap agar sampah plastik yang masih memiliki nilai guna tidak langsung dibuang begitu saja, tapi diolah kembali menjadi produk yang kreatif.
“Ga usah malu menggunakan barang daur ulang. Malu itu kalau buang sampah sembarangan,” kata kak Vio menimpali.
Pada hari kedua setelahnya, kegiatan dilanjutkan kembali dengan aksi bersih sampah di lingkungan sekitar sekolah. Tak disangka, ternyata sampah yang berhasil mereka kumpulkan mencapai 196 kg nih. Sebagai penutup kegiatan, adik-adik siswa SDN 23 Matan Hilir Selatan diajak melakukan penanaman pohon di halaman sekolahnya.
Bercerita tentang Miko si Mikroplastik
Lain halnya dengan tim edukasi Batutegi, Lampung yang melakukan kegiatan di 23 Februari 2024. Berkolaborasi dengan Taman Baca Jalosi Sanak Negeri, kegiatan HPSN diisi terlebih dulu dengan mendengarkan cerita tentang perjalanan Miko si Mikroplastik.
“Kisah Miko ini merupakan buku karya dari kak Elif,” tutur Hinggrit yang merupakan tim edukasi Batutegi. Kak Elif yang dimaksud adalah relawan YIARI yang juga aktif di komunitas lingkungan ASA Konservasi.
Pada cerita si Miko, adik-adik dikenalkan dengan sampah plastik yang berasal dari pecahan-pecahan plastik yang hancur. Pecahan plastik ini berukuran sangat kecil sekali hingga tak lagi nampak dilihat oleh mata.
Plastik yang tak dapat terurai, hanya berubah wujud menjadi serpihan mikro. Serpihan plastik ini ternyata tetap menjadi masalah baru bagi lingkungan sekitar. Tanpa kita sadari, mikroplastik bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini bisa terjadi jika lingkungan yang tercemar mikroplastik termakan oleh hewan yang kemudian dikonsumsi oleh manusia.
Lambat laun, keberadaan mikroplastik dalam tubuh manusia dapat menyebabkan sakit dan penyakit. Ini lah pentingnya untuk tidak membuang sampah sembarangan. Tidak hanya merusak lingkungan, tapi juga bisa membahayakan ekosistem alami.
“Melalui buku ini, adik-adik kita ajak mengenal jauh tentang sampah plastik yang tak kasat mata. Setidaknya mereka jadi tahu bahwa akibat membuang sampah sembarangan itu tidak hanya berakibat banjir saja. Ada hal lain yang justru tidak kita lihat dampak buruknya,” ucap kak Hinggrit menjelaskan.
Di akhir kegiatan, adik-adik kemudian diajak berkreasi mendaur ulang sisa sampah yang biasa ditemui sehari-hari. Baik itu sampah kering dari tumbuhan, juga sampah plastik bekas minuman.
Alumni Kahiu Academy Inisiatif Bersih Sampah di Desa
Tidak mau kalah, beberapa alumni Kahiu Academy batch 2 juga memiliki inisiatif serupa yang dilakukan di lingkungannya masing-masing. Sepulang dari Kahiu Academy, Ucil, Andika dan William yang berasal dari Desa Mawang Mentatai mengajak adik-adik SDN 26 Mentatai Beloyang kegiatan aksi bersih sampah di lingkungan sekolah.
“Saya senang bisa berbagi ke sekolah tempat saya belajar dulu,” kata Ucil yang dulu sempat menjadi siswa di SDN 26 Mentatai Beloyang.
Ucil dan kawan-kawan senang bisa berbagi hal positif yang selama ini mereka dapatkan selama mengikuti Kahiu Academy. Selain mengajak kegiatan aksi bersih sampah, mereka bertiga juga mengajarkan materi tentang melindungi hutan dan satwa-satwa dari kerusakan.
Bergeser di desa sebelah, kegiatan serupa juga dilakukan oleh Aldi bersama tim edukasi Melawi di Desa Nusa Poring. Aldi mengajak adik-adik di dusunnya untuk melakukan aksi bersih sampah di lingkungan tempat tinggal mereka. Dari sampah yang terkumpul, mereka mengubahnya menjadi kreasi barang bekas.
Jauh di seberang pulau, Sandi menginisiasi gerakan bersih pantai di Pulau Cempedak tempat ia tinggal. Komitmen ini sempat diutarakannya saat penutupan Kahiu Academy. Aksi bersih pantai ini menjadi agenda rutin yang dilaksanakan setiap minggu bersama anak-anak sekitar.
“Sampah plastik bukan hanya bikin tak elok pemandangan, tapi juga merusak ekosistem,” kata Sandi.
Menurut Sandi, potensi alam Pulau Cempedak ini bisa rusak akibat sampah. Apalagi, Pulau Cempedak merupakan salah satu tempat konservasi mangrove dan Dugong. Sandi berharap, aksi kecilnya ini akan diikuti oleh masyarakat lainnya untuk bersama-sama merawat Pulau Cempedak.