Perjuangan Orangutan Covita dari Malnutrisi Hingga Lepas Liar di Hutan

14 Agu 2023
Heribertus Suciadi

Perjuangan Orangutan Covita dari Malnutrisi Hingga Lepas Liar di Hutan

oleh | Agu 14, 2023

Sobat #KonservasYIARI masih ingat dengan Covita? Itu lho, bayi orangutan betina yang diselamatkan dari kasus pemeliharaan satwa liar dilindungi di waktu pandemi kemarin. Covita yang saat itu masih berusia dua tahun diselamatkan tim gabungan BKSDA Kalimantan Barat dan YIARI pada akhir Agustus 2020. Dia  dipelihara secara ilegal oleh seorang warga di Dusun Ensayang, Desa Karang Betong, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Kondisinya saat itu mengalami malnutrisi dan menderita penyakit kulit. Setelah diperiksa di Pusat Penyelamatan dan Konservasi kami, hasil rontgen menunjukan adanya patahan pada tulang paha kanan peluru senapan pada paha kiri Orangutan Covita. 

Untungnya, sekarang Covita sudah hidup bebas dan merdeka di habitat aslinya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Kok bisa? Gimana ceritanya? Kan dia masih bayi, emang bisa bertahan hidup sendiri gitu? Eits tenang dulu, Covita ini enggak sendirian di hutan kok gengs. Dia dilepaskan bersama induk asuhnya bernama Faini.

Kondisi Covita ketika direscue (Muffidz Ma’sum | YIARI)

Makin bingung ya gimana ceritanya kok Covita bisa sampai punya induk asuh segala? Jadi, setelah diselamatkan dan mendapat perawatan intensif dari tim medis kami di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Orangutan YIARI di Ketapang, Covita menjalani masa rehabilitasi untuk mengembalikan kemampuan bertahan hidupnya sebagai orangutan. Asal Sobat #KonservasYIARI tahu, bayi orangutan di alam akan tinggal dengan induknya selama 6-8 tahun sebelum bisa hidup mandiri. Selama tinggal dengan induknya inilah anak orangutan belajar mencari makan, memanjat, membuat sarang dan sebagainya. Covita yang udah ditinggal induknya dalam usia semuda itu menjadi clueless bagaimana bertahan hidup sebagai orangutan di dalam hutan, makanya proses rehabilitasi itu diperlukan di sini.

Untungnya dalam proses rehabilitasi ini, Covita bertemu dengan orangutan betina bernama Faini, yang diselamatkan tim gabungan BKSDA Kalimantan Barat  dan YIARI dari daerah Desa Randau Jekak, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang pada Desember 2015. Orangutan ini juga mengalami nasib malang, kehilangan induknya dan menjadi korban pemeliharaan ilegal satwa dilindungi. Faini yang saat ini berusia sekitar 10 tahun ini sangat perhatian dengan Covita. Bahkan mereka kemudian mengembangkan ikatan alami sebagai ibu dan anak. Faini sangat protektif terhadap Covita dan sebaliknya, Covita terlihat nyaman dan menjadi lebih percaya diri ketika bersama Faini. Selama masa rehabilitasi, interaksi antara keduanya menimbulkan hal positif. Berkat Faini, Covita berani menjelajah hutan tempat rehabilitasi karena Faini juga aktif menjelajah. Covita memang belum mahir membuat sarang tapi bersama Faini, dia menunjukkan kemajuan yang sangat pesat untuk orangutan seusianya. 

Saat Faini membuat sarang untuk mereka berdua, Covita selalu berusaha membantu orang tua asuhnya membuat sarang dengan cara mengumpulkan ranting dan daun. Salah satu hal positif tentang Covita adalah dia masih semi-liar dan sangat jarang melakukan kontak atau mendekati para pemelihara hewan. Bahkan ia cenderung menjauhi manusia dan kerap menyulitkan tim medis atau animal keeper yang ingin melakukan pemeriksaan. Mereka juga lebih aktif di atas pohon. Covita dan Paini adalah orangutan yang sangat pandai mencari makan. Kemampuan mencari makan keduanya sangat mencengangkan karena kamus spesies makanan hutan yang mereka kenal jauh lebih banyak dibandingkan orangutan lainnya. Inilah yang membuat tim kami tidak ragu memasukan nama keduanya dalam daftar orangutan yang akan segera dilepasliarkan.

Perjuangan pelepasliaran Covita dan orangutan lainnya di dalam kawasan TNBBBR pada 26 Juni 2023 (Muffidz Ma’sum | YIARI)

Selain mereka berdua, ada empat orangutan lainnya, yaitu Budi, Tulip, Binaca, dan Jamilah yang juga dilepasliarkan di dalam kawasan TNBBBR pada 26 Juni 2023.Mereka semua juga mengalami nasib malang sebagai korban pemeliharaan ilegal satwa liar dilindungi. Budi yang merupakan satu-satunya orangutan jantan dalam pelepasliaran kali ini dulunya sempat dipelihara di dalam kandang ayam selama berbulan-bulan dan hanya diberi makan kental manis sehingga dia mengalami malnutrisi parah sampai tubuhnya membengkak. Budi diselamatkan dari daerah Kubing, Dusun Sawah Sempurna, Kecamatan Sungai Laur, Kabupaten Ketapang pada Desember 2014 ketika masih berusia 1 tahun. Setelah menjalani masa rehabilitasi selama 9 tahun, Budi akhirnya memperoleh kebebasan sejati di habitat alaminya.

Orangutan lainnya, Tulip, diselamatkan pada April 2012 dari kasus pemeliharaan ilegal oleh warga Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang. Saat ini Tulip diperkirakan berusia 13 tahun. Sementara Bianca merupakan orangutan betina berumur ± 7 tahun berasal dari hasil penyelamatan Balai KSDA Kalimantan Barat di daerah Desa Randau Jungkal Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang pada tanggal 5 Oktober 2016. Terakhir ada Jamilah, orangutan betina berusia 9 tahun yang diselamatkan di daerah Sandai, Kabupaten Ketapang pada Februari 2016.

Yuk kita doakan mereka semua sehat selalu di rumah mereka di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

Heribertus Suciadi

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait