3 November 2015 | www.bbc.com
Sejak kebakaran hutan melanda sebagian wilayah Kalimantan sekitar tiga bulan lalu, 14 orang utan telah diselamatkan, sebagian di antaranya langsung dari hutan yang terbakar, menurut badan penyelamatan binatang.
Para pegiat lingkungan di Ketapang, Kalimantan Barat bekerja sama dengan masyarakat yang memberikan informasi bila ada yang melihat orang utan liar yang memerlukan pertolongan, kata International Animal Rescue (IAR).Orang utan yang ditolong termasuk bayi dan induknya yang ditemukan oleh penduduk desa.
“Para penduduk desa pada malam sebelumnya melempari induk orang utan dan kemudian mengikatnya. Untungnya, tim dari IAR dapat menangkap dua orang utan ini setelah dibius,” kata Lis Key, juru bicara IAR yang bermarkas di Uckfield, Inggris.
Orang utan lain yang diselamatkan termasuk satu ekor induk dan bayi yang mencari perlindungan dari ladang karet yang terbakar. “Induk dan bayi orang utan setelah dibius diperiksa dan ditemukan luka bakar pada kaki yang menunjukkan binatang ini sempat melintas ladang yang terbakar,” tambahnya.
Di media sosial, topik terkait nasib orang utan di tengah kabut asap menjadi sorotan dan menuai simpati dari banyak pengguna. “Ini akibat manusia yang tamak dan rakus tanpa memikirkan akibat dari ulahnya membakar hutan,” kata seorang pengguna di Facebook BBC Indonesia. Lainnya, Yopi Mangara Pardede mengatakan, “Kasihan, itu yang ketauan, yang gak ketahuan mungkin ratusan atau ribuan yang terbakar. Save orang utan.”
Pengaruh buruk pada populasi orang utan
Sejumlah laporan menyebut, kabut asap diberbagai daerah di Indonesia sudah jauh berkurang karena hujan deras dalam beberapa hari terakhir. Kebakaran hutan dan kabut asap telah mempengaruhi jutaan orang dan dampak ekonomi diperkirakan mencapai lebih dari Rp200 trilliun.
Sementara itu, Karmele Llano Sanchez, direktor program IAR Indonesia mengatakan, “Kami berupaya keras untuk melindungi habitat orang utan dan orang utan yang berada di kawasan yang dilindungi. Kami temukan bahwa orang utan dalam keadaan bahaya. Orang utan-orang utan dan binatang lain terbakar hidup-hidup, tidak memiliki makanan dan kelaparan sampai mati atau terdorong dari habitatnya ke perkebunan dan desa-desa.”
“Binatang-binatang ini menghadapi risiko dibunuh. Kami tidak tahu berapa orang utan yang mati dalam krisis (kebakaran hutan) ini namun kami tahu kebakaran berpengaruh buruk pada populasi orang utan di alam liar dan itu berarti orang utan akan cepat punah,” tambahnya.
“Ini adalah krisis lingkungan global dan telah dianggap oleh para pakar sebagai bencana ekologi terburuk pada abad ini yang akan mempengaruhi kehidupan orang di dunia,” tambah Sanchez.
Ia mengatakan khawatir, “Dampak terburuk masih belum terlihat bagi orang utan. Bila tindakan serius tidak diambil segera untuk menghentikan kebakaran, maka akan terlalu terlambat untuk mereka.”
Sebelumnya, seekor bayi orang utan yang kemudian dinamai Gito, ditemukan dalam keadaan kritis, nyaris seperti mayat, di dalam kardus di Simpang Hulu, Kalimantan Barat. Selama pemeriksaan kesehatan, Gito mengalami demam dan tangan kakinya kaku. Ia menderita diare dan penyakit kulit yang sangat menular.