Memupuk Asa Remaja Putus Sekolah Bersama Kahiu Academy

4 Okt 2023
Ismail Agung Rusmadipraja

Memupuk Asa Remaja Putus Sekolah Bersama Kahiu Academy

oleh | Okt 4, 2023

Sambil terbata-bata, Ucil berbicara di depan kelas. Terlihat jelas raut wajahnya tegang saat mengenalkan dirinya sendiri. Namun tidak hanya dia, suasana serupa juga terlihat dari peserta lainnya yang mendapat giliran setelahnya.

Padahal, kelas saat itu hanya didampingi oleh Dieka, fasilitator yang juga menjabat sebagai Manager Program Edukasi di Melawi, Kalimantan Barat.

“Gapapa klo hari ini kalian deg-degan,” ujar Dieka menenangkan setelah semua peserta mengenalkan dirinya satu persatu.

“Mudah-mudahan, nanti kalian bakal terbiasa buat bicara di depan ya,” kata Dieka menyemangati.

Usai sesi perkenalan, kelas dibubarkan. Peserta dibolehkan untuk beraktivitas bebas. Asal dilakukan di sekitar Learning Centre-YIARI.

Beberapa peserta mulai asik bermain bola voli di lapangan. Sebagian lainnya, sibuk main gawai yang terkoneksi dengan internet. Sesuatu yang jarang mereka nikmati di daerahnya masing-masing.

Kahiu Academy

Perkenalan dari salah satu peserta Kahiu Academy 2 (Muffidz Ma’sum | Yayasan IAR Indonesia)

Hingga empat bulan ke depan, 18 remaja yang terpilih akan mengikuti program Kahiu Academy, sebuah program yang digagas oleh YIARI sejak 2022. Program ini sendiri merupakan program pendidikan keterampilan bagi remaja putus sekolah hingga lulusan SMA.

Peserta yang dipilih berasal dari beragam desa yang menjadi progam pendampingan YIARI di Ketapang, Kalimantan Barat. Seperti Desa Nusa Poring, Desa Mawang Mentatai, Desa Batu Lapis, Desa Sungai Besar, Desa Pematang Gadung, Pulau Cempedak, Desa Tanjung Baik Budi, Desa Kuala Tolak dan Desa Sungai Besar.

Proses pemilihan peserta dilakukan melalui serangkaian tahapan selama tiga bulan lebih. Dimulai dari pengenalan program Kahiu kepada remaja-remaja setempat. Kemudian pengumpulan informasi terhadap kandidat calon peserta yang berminat.

Jika proses awal tersebut telah memenuhi penilaian dan kelayakan, maka syarat terakhir adalah dukungan dan izin orangtua. Hal ini untuk memastikan bahwa peserta akan mengikuti seluruh kegiatan Kahiu hingga selesai nantinya.

Kahiu Academy memang ditujukan untuk membantu anak-anak putus sekolah di desa-desa dampingan YIARI, khususnya yang berbatasan dengan hutan.

Seringkali, keterbatasan pendidikan ini menjadi alasan mereka untuk melakukan pekerjaan yang menghabiskan waktunya di dalam hutan. Seperti berburu, atau penebang kayu ilegal.

Sayangnya, terkadang hasil yang mereka dapatkan dan tak seberapa itu lebih cepat habis untuk hal-hal yang konsumtif dan nirfaedah.

Melalui program Kahiu Academy, para peserta akan diberikan beragam materi keterampilan. Mulai dari keterampilan komputer, pertanian organik, pengelasan, mengemudi, fotografi, hingga kelas literasi keuangan yang dapat membantu mereka dalam pengelolaan dana.

Selain keterampilan, tentunya ada juga materi-materi tambahan lainnya yang bertujuan mengenalkan peserta terhadap upaya-upaya konservasi. Hal-hal yang tentu saja merupakan bagian dari visi misi YIARI terhadap pelestarian satwa dan alam.

Di samping itu, pengembangan karakter yang positif pada setiap peserta juga menjadi harapan yang tumbuh selama program ini berlangsung.

Sambutan dari Argito Ranting selaku Direktur Program YIARI (Muffidz Ma’sum | Yayasan IAR Indonesia)

Motivasi untuk Belajar

“Saya ingin ikut Kahiu karena saya tertarik belajar pertanian,” ucap Deli saat proses wawancara.

Deli yang berasal Batu Lapis mengungkapkan alasannya ini karena melihat ibunya yang berladang dan menjual hasil sayurnya.

“Kalau saya punya ilmu tentang bertani, nanti bisa dipakai untuk bantu ibu di ladang,” terang Deli menjelaskan harapannya.

Lain halnya dengan Andika. Remaja yang putus sekolah saat kelas 2 SMP ini lebih tertarik belajar komputer. Saat ditanya motivasinya mengikuti Kahiu Academy, Andika hanya ingin mengubah nasib keluarganya.

“Bapak saya kerja kayu. Saya berhenti sekolah karena ingin bantu bapak. Dia sudah tua,” papar Andika menceritakan alasannya.

“Tapi saya tidak mau kerja kayu seperti bapak. Kalau saya sama seperti bapak, mungkin nanti anak saya juga nasibnya sama seperti saya,” kata Andika.

Kisah Ucil bisa jadi lebih menyentuh. Dia putus sekolah sejak kelas 3 SD. Pengalaman dirisak saat sekolah membuatnya enggan untuk lanjut sekolah. Baginya, sekolah itu tempat yang horor.

Di usia saat itu, Ucil bahkan sudah mulai ikut bekerja kayu, sempat pula menjadi kernet perahu. Bahkan hubungannya dengan orangtuanya pun tidaklah harmonis. Selama ia bekerja, penghasilan yang didapat selalu diminta untuk membantu melunasi hutang keluarga.

“Saya diusir dari rumah sama bapak,” Ucil menceritakan dirinya.

“Gara-gara saya minta bapak supaya berhenti minum-minum,” tambahnya.

Masa lalu Ucil yang kelam terlihat ketika sesi awal yaitu mengenali diri sendiri. Di sesi ini, Ucil kesulitan menuliskan hal-hal yang ia sukai. Meski begitu, Dieka tidak khawatir. Dia melihat motivasi Ucil untuk belajar setelahnya.

“Malam-malam dia WA, minta buku dan pulpen untuk menulis. Dia bilang mau belajar supaya bisa lebih mengenali diri,” kata Dieka menceritakan pengalamannya tentang Ucil.

Perkenalan dari salah satu peserta Kahiu Academy 2 (Muffidz Ma’sum | Yayasan IAR Indonesia)

Memupuk Asa

Kebanyakan dari peserta memiliki latar belakang keluarga yang bekerja di hutan. Berburu dan kerja kayu seakan menjadi pilihan bagi yang tidak memiliki banyak pilihan dan keterampilan.

Beberapa keluarga lainnya ada juga yang sudah bertani. Sayangnya, sistem ladang berpindah masih menjadi pilihan utama. Yang mana proses ini seringkali dilakukan dengan cara membuka hutan dan pembakaran lahan.

Sejak awal pelibatan, peserta memahami bahwa tidak ada jaminan pekerjaan atau modal biaya yang akan diberikan oleh YIARI setelah program selesai.

Meski begitu, pendampingan akan tetap dilakukan oleh fasilitator untuk memantau perkembangan peserta.

Dengan peningkatan keterampilan yang diberikan di Kahiu Academy, tentu saja harapannya adalah membuka peluang kerja yang lebih luas bagi peserta, atau peluang lainnya yang bisa mereka kembangkan di desa masing-masing.

Setidaknya, peningkatan keterampilan ini menjadi modal penting agar tidak terus terjebak pada pekerjaan merambah hutan, yang suatu saat bisa saja tak mampu lagi mereka pikul.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait