Membeli Orangutan Berarti Membeli Penyakit, Baca Penjelasan International Animal Rescue

24 Agu 2017
Risanti

Membeli Orangutan Berarti Membeli Penyakit, Baca Penjelasan International Animal Rescue

oleh | Agu 24, 2017

Ketua Umum International Animal Rescue (IAR) Indonesia, Tantyo Bangun mengatakan, orang tertarik membeli ataupun memelihara orang hutan, kadang hanya melihat lucunya. Apalagi saat orangutan masih bayi.

“Orang nggak sadar, lucunya itu hanya di awal. Sementara penyakitnya itu di kemudian hari,” katanya kepada Tribun, Selasa (22/8/2017).

Lalu apa sebenarnya bahaya dari hewan asli Indonesia ini? Tantyo melanjutkan, saat masih bayi, orang akan merawat orangutan seperti anaknya sendiri. Namun setelah orangutan berusia dua tahun, orangutan sudah cukup besar dan mempunyai tenaga yang kuat. Lucunya pun sudah hilang.

“Kemudian dimasukkan dalam kandang dan dirantai. Kalau sudah seperti ini biasa hanya diberi makan. Orangutan tak lagi dirawat sepeti saat masih lucu,” katanya.

Akibat tidak terawat, penyakit-penyakit datang. Tantyo mengingatkan, penyakit orangutan sama dengan penyakit pada manusia. Orangutan bisa terkena hepatitis, TBC dan penyakit menular lainnya sebagaimana manusia.

“Penyakit menular ini yang bisa kena ke orang yang memelihara. Untung kalau kena ke yang sudah tua. Coba kalau kena ke anaknya. Tiba-tiba anaknya kena TBC, lalu bingung apa penyebabnya. Padahal saat membeli orangutan, itu dia sudah membeli penyakit,” jelas Tantyo.

Menurutnya, bukan satu atau dua orangutan yang sudah diamankan dari kandang terjangkit penyakit menular. Bahkan karena penyakitnya itu orangutan tak bisa dilepasliarkan.

“Karena kalau kita lepasliarkan, dia akan menularkan ke orangutan yang lain. Itu sudah ketentuannya. Kita nggak boleh melepasliarkannya. Jadi, ke habitat orangutan saja tidak boleh, apalagi ke manusia,” katanya.

Tingginya resiko bahaya ini, tentu harus diketahui masyarakat. Sangat bijak ketika kita tidak membeli orangutan untuk dipelihara di tempat tinggal. “Kalau mau aman, jangan pelihara orangutan,” katanya.

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Nasaruddin

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Sep 12, 2024

Harapan Baru Ucil: Rela Berhenti Sekolah Demi Keluarga

Nama saya Perdi, biasa dipanggil Ucil. Saya berasal dari Dusun Beloyang Mentatai, tepatnya di kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Usia saya saat ini 15 tahun. Sebagai anak pertama, saya rela tidak...

7
Sep 11, 2024

Biji Kopi, Sebuah Harapan di Tanah Batu Lapis

Di tengah bayangan kelam akan habisnya sumber daya hutan, muncul secercah harapan baru di Desa Batu Lapis. Deli, seorang pemuda desa yang dulunya hidup dari menebang kayu, kini menemukan cara lain untuk bertahan—melalui biji kopi. Langkah kecil yang ia ambil ini...

Artikel Terkait