Pusat Rehabilitasi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia atau International Animal Rescue (IAR) Indonesia bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BBKSDA) melepasliarkan individu kukang jawa (Nycticebus javanicus) berjenis kelamin betina bernama Malabar, Sabtu, 3 September 2016 di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat. “Pelepasan collar Malabar, sah!,” ujar drh. Nur Purba Priambada saat prosesi pelepasan alat pelacak yang melingkar di leher Malabar.
Pelepasan collar merupakan tanda berakhirnya monitoring (pemantauan) oleh tim terhadap Malabar yang dilepasliar Januari lalu. Dari hasil pemantauan, perilaku Malabar di alam sangat bagus. Malabar memanfaatkan pakan alami dan daerah jelajahnya stabil. Malabar juga terpantau melakukan aktivitas sosial dengan kukang liar hingga berhasil berkembang biak di alam.“Malabar kini 100 persen kembali menjadi kukang liar,” kata drh. Purbo, sapaan akrab Nur Purba.
Berhasilnya Malabar bertahan hidup dan berkembang biak di alam merupakan indikator keberhasilan pelepasliaran kukang dan penambahan populasinya di habitat Gunung Sawal. Luas Suaka Margasatwa Gunung Sawal sekitar 5.400 hektare. Merupakan kawasan konservasi ideal untuk pelepasliaran primata dilindungi jenis kukang. Fungsi utama suaka margasatwa sebagai perlindungan dan pelestarian kelangsungan hidup satwa tertentu agar tidak punah. Juga sebagai penyangga kehidupan berupa sumber air untuk masyarakat.
Sejak tahun 2014 sebanyak 15 kukang hasil rehabilitasi Yayasan IAR Indonesia dilepasliar di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis. Warga desa sekitar mendukung pelepasliaran kukang di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Mereka turut serta menjaga habitat dan keberadaan kukang di alam.
Namun, keberhasilan Malabar menjadi kukang liar tidak sepenuhnya dirayakan. Di saat yang sama, tim Yayasan IAR Indonesia mendapat cerita pilu tentang Puntang. Puntang, kukang jawa betina serahan masyarakat di Bandung sampai di Pusat Rehabilitasi YIARI Bogor dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Tangan kanannya luka parah, dan sebagian pada ketiak bagian kiri. Mata kirinya kemungkinan katarak dan rentan kebutaan.
Tidak ada informasi jelas mengenai penyebab luka parah di tangan kanan maupun luka lainnya yang diderita Puntang. Penanganan medis terpaksa mengamputasi seluruh jari tangan kanan Puntang agar luka dan infeksi tidak semakin menyebar. Hilangnya fungsi jari pada Puntang jelas akan berpengaruh terhadap pergerakan lincah kukang di pepohonan. Yayasan IAR Indonesia bersama gerakan penyelamatan pelestarian @Kukangku, berupaya meningkatkan penyadartahuan terhadap kukang dengan mengajak publik berpartisipasi lewat kitabisa.com. Dukungan publik mengalir desar untuk kesembuhan Puntang supaya bisa kembali ke habitat alaminya. Kesadaran masyarakat mengenai upaya konservasi kukang pun cukup tinggi.
Dukungan itu tentunya menyemangati tim Yayasan IAR Indonesia untuk bekerja lebih baik lagi dibidang konservasi walaupun tantangan juga tetap tinggi. ”Kami tersenyum menyaksikan bagaimana kukang Malabar memanjat pohon sambil menggendong bayinya, tanda dia betul-betul bisa beradaptasi dengan baik di alam liar. Namun di saat yang sama kami bersedih merasakan penderitaan kukang Puntang yang harus diamputasi tangannya. Semoga dukungan publik terus hadir untuk upaya-upaya konservasi satwa liar,” ujar Ketua Yayasan IAR Indonesia, Tantyo Bangun.
Kukang (Nycticebus sp) terancam punah karena perburuan dan perdagangan untuk pemeliharaan. Perdagangan untuk pemeliharaan memegang peran besar dalam mendorong kepunahan kukang. Menurut data Yayasan IAR Indonesia, sekurangnya 200-250 individu kukang ditawarkan di tujuh pasar besar di empat kota besar Indonesia setiap tahun. Hasil pemantauan online tahun 2015 menunjukkan sebanyak 400 individu kukang dipelihara oleh pemilik media sosial. Dari penelusuran data, sebanyak 800-900 individu kukang diambil paksa dari habitatnya selama satu tahun.
YIARI berkembang sebagai organisasi yang fokus pada upaya 3R+M yaitu rescue (penyelamatan), rehabilitation (rehabilitasi), release (pelepasliaran) dan monitoring (pemantauan satwa pasca pelepasliaran). Hingga tahun 2016, YIARI telah menyelamatkan lebih dari 500 individu kukang korban perdagangan dan pemeliharaan. Saat ini lebih dari 150 individu kukang sedang menjalani rehabilitasi Pusat Rehabilitasi YIARI di kaki Gunung Salak, Bogor. Namun, 80 persen di antaranya tidak bisa dikembalikan ke habitat alaminya karena kondisi yang buruk akibat pemotongan gigi oleh pedagang.
Dukung kesembuhan Puntang di : https://kitabisa.com/sembuhkanpuntang
Follow IG @kukangku @iar_indonesia untuk update informasi Puntang dan kunjungi website : https://internationalanimalrescue.or.id/
Kontak : 0822-1894-2121 Risanti (Media YIARI)