7 Jenis Kura-kura Dilindungi di Indonesia

9 Jun 2022
Admin YIARI

7 Jenis Kura-kura Dilindungi di Indonesia

oleh | Jun 9, 2022

Tahu nggak sih? Nenek moyang dari satwa berumur panjang ini telah hidup dari zaman Jurassic dan sampai saat ini telah melewati 200-300 juta tahun evolusi sehingga mereka terbagi menjadi ratusan jenis spesies di bumi! Banyak banget ya Sobat IAR.

Di Indonesia sendiri, ada sekitar 38 spesies yang dapat dijumpai dan tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sayangnya, populasi mereka saat ini kian menurun akibat perburuan, perdagangan, dan berkurangnya habitat alaminya. Hal ini membuat beberapa jenis dari kura-kura ini menjadi berstatus “dilindungi”.

Di sini kita akan membahas beberapa sahabat reptil kita yang hidup di Indonesia. Langsung saja yuk kita kenalan dengan mereka!

1. Kura-kura Ambon (Cuora amboinensis)

Kura-kura yang tergabung dalam famili geoemydidae ini memiliki banyak banget nama panggilan, lho! diantaranya adalah kuya batok, kura-kura dada, kura katup, kura kotak, dan lain-lain. Eksis banget ya si kuya batok ini! Kura-kura ini juga memiliki empat anak spesies, yakni C. a. amboinensis, C. a. couro, C. a. kamaroma, dan C. a. lineata

Kura-kura ini cukup dikenal oleh banyak orang karena persebarannya yang juga ada pada banyak wilayah. Kura-kura ini tersebar di Sulawesi, Maluku, Sumatera, Natuna, Jawa, Kalimantan, Bali, Sumbawa, dan Timor.

Kuya Batok memiliki status endangered (EN) pada IUCN red list. Di Indonesia sendiri, kura-kura ini belum dilindungi secara hukum.  Kura-kura ini banyak ditemukan di wilayah rawa, sawah, serta sungai berarus lambat dan sedang. Walaupun spesies ini dikatakan sebagai spesies omnivora, pakan yang dikonsumsi mereka tetap didominasi oleh pakan nabati atau tumbuh-tumbuhan.

Kura-kura ambon (Cuora amboinensis amboinensis Male) by Torsten Blanck (CC-BY-SA 3.0)
2. Kura-kura Forsteni (Indotestudo forstenii)

Kura-kura dari famili testudinidae ini biasa disebut sebagai baning sulawesi dan merupakan satwa endemik asal Sulawesi. Pada masyarakat etnis Kalili Sulawesi, kura-kura forsteni ini memiliki nama lain, yaitu bantiluku.

Kura-kura ini termasuk dalam kategori terancam dengan level kritis (critically endangered) pada IUCN dan appendiks II pada CITES. Di Indonesia, kura-kura ini belum dilindungi secara hukum.

Kura-kura forsteni banyak ditemui di hutan musim campuran. Pakan darikura-kura ini dapat beragam mulai dari rumput, daun tanaman, buah-buahan, cacing, serta serangga kecil. Oleh karena itu, kura-kura forsteni dikatakan sebagai satwa omnivora (pemakan segala).

Kura-kura forsteni (Baby Indotestudo Forstenii) by Riou108 (CC-BY-SA 3.0)
3. Kura-kura Hutan Sulawesi (Leucocephalon yuwonoi)

Kura-kura dari famili geoemydidae ini merupakan satwa endemik pulau Sulawesi yang memiliki status konservasi critically endangered pada IUCN dan dikategorikan pada apendiks II pada CITES. Dewasa ini, populasi kura-kura hutan sulawesi kian menurun karena tingkat kerusakan alam dan habitatnya yang juga kian tinggi. Rendahnya populasi kura-kura hutan sulawesi di alam juga disebabkan oleh daur dan tingkat reproduksinya yang rendah.

Kura-kura hutan sulawesi biasa dijuluki sebagai kura-kura betet karena bentuk moncongnya yang mirip dengan paruh burung betet. Kura-kura ini merupakan hewan diurnal yang beraktivitas di daratan dan hanya menggunakan habitat perairan untuk aktivitas istirahat dan kawin.

Leucocephalon yuwonoi – male (Richard Gibson)
4. Kura-kura Moncong Babi (Carettochelys insculpta)

Sesuai namanya, kura-kura moncong babi memang memiliki moncong yang mirip dengan babi. Selain itu, kura-kura ini juga dijuluki sebagai fly river turtle yang lagi-lagi julukannya didasari oleh morfologi yang dimilikinya. Keempat tangannya memiliki bentuk seperti sayap atau sirip renang seperti pada penyu laut. Sehingga ketika dia berenang, kelihatannya seolah-olah ia sedang terbang! Morfologi ini sangat memudahkan mereka untuk hidup sehari-hari dimana sebagian besar aktivitasnya dilakukan di air.

Kura-kura ini adalah satwa endemik Papua yang banyak ditemukan di sungai-sungai di Irian Jaya, yaitu di daerah Danau Jamur hingga daerah Merauke. Sebarannya saat ini telah sampai ke Australia bagian utara.

Satwa dalam famili Carettochelyidae ini dikategorikan sebagai endangered oleh IUCN. Oleh Indonesia sendiri, satwa ini telah tercatat sebagai satwa yang dilindungi di bawah Peraturan Menteri LHK no. 106 tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Kura-kura moncong babi (Carettochelys insculpta in Siam centre, Bangkok) by Bjoertvedt (CC-BY-SA 3.0)
5. Kura-kura Matahari (Heosemys spinosa)

Hihihi lucu ya, bentuknya beneran kayak matahari!

Kura-kura ini juga dijuluki sebagai spiny turtle karena tepian tempurungnya yang berbentuk duri (spine). Kura-kura ini tersebar di Kalimantan, Sumatera, Riau, Bangka Belitung, Natuna, Nias, Malaysia, bahkan hingga Thailand.

Kura-kura ini merupakan hewan herbivora yang hidup di habitat dengan sungai-sungai dengan kedalaman air dangkal. Satwa ini telah dikategorikan sebagai satwa terancam (endangered) oleh IUCN. Sayangnya, penurunan populasinya hingga kini terus menerus terjadi diakibatkan perdagangan liar dan perburuan. Karena keindahan bentuknya, banyak orang ingin menjadikannya sebagai hewan peliharaan tanpa mempedulikan kelestarian satwa ini di habitat aslinya. Hal ini tentu tidak patut ditiru ya!

Kura-kura matahari (Young spiny turtle) by Lienyuan Lee (CC-BY 3.0)
6. Tuntong Laut (Batagur borneoensis)

Satwa herbivora ini masuk ke dalam kategori critically endangered oleh IUCN. Hukum di Indonesia juga telah memasukkan tuntong laut dalam daftar satwa yang dilindungi dalam permen LHK no. 106 tahun 2018. Tuntong laut disebut juga sebagai “beluku”. Ia tersebar di Kalimantan, Sumatera, Malaysia, sampai Thailand.

Biasanya tuntong laut hidup pada muara dan bagian sungai yang dekat dengan laut serta masih terpengaruh oleh pasang surutnya. Selain itu, mereka juga mendiami daerah rawa-rawa dan sungai kecil. Spesies ini akan mudah ditemui di hutan bakau (Kegler 2011). Uniknya, saat musim kawin berlangsung, satwa ini melakukan migrasi layaknya penyu laut! Untuk bertelur, tuntong laut lebih suka menaruh telurnya di wilayah dengan pasir pantai. Saat menetas, orang yang nggak tahu pasti  bakal mengira bayi-bayi tuntong laut itu tukik! Hahaha

Tuntong laut (Callagur borneoensis) by Daiju Azuma (CC-BY-SA 2.5)
6. Kura-kura Leher Ular Pulau Rote (Chelodina mccordi)

Jadi ini kura-kura atau ular sih?

Hahaha! Ini kura-kura ya! Lehernya aja yang mirip ular.

Kura-kura dengan morfologi unik ini dapat ditemui di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Kura-kura leher ular merupakan anggota dari keluarga Cheloniidae dan dibedakan lagi menjadi dua sub spesies, yakni C. m. mccordi, dan C. m. timorensis.

Kura-kura leher ular memiliki status IUCN terancam level kritis (critically endangered) dan tergolong pada apendiks II dalam CITES. Satwa ini telah dilindungi dalam peraturan menlhk no. 106 tahun 2018. Populasinya di alam dapat dikatakan hampir punah, bahkan di Pulau Rote sendiri kura-kura ini sudah tidak dapat dijumpai karena maraknya perburuan dan perdagangan ilegal yang tidak bertanggungjawab. Baru-baru ini beberapa individu kura-kura leher ular hasil perdagangan ditarik dari Singapura dan dikembalikan ke Indonesia untuk tujuan pengawetan dan pelestarian kembali di wilayah asalnya.

Kura-kura leher ular pulau rote (Chelodina mccordi Rhodin, 1994, Roti Island snake-necked turtle; Karlsruhe Zoo, Karlsruhe, Germany) by H. Zell (CC-BY-SA 3.0)

Kalo kura-kura yang bawa samurai itu termasuk nggak? Ettt hahaha, nggak ya! Itu mah kura-kura ninja!

Yuk, dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Referensi:

(Inggris) Kegler B (2011). “Callagur borneoensis”. Animal Diversity Web. Diakses tanggal 04 Mei 2022.

Leucocephalon yuwonoi, https://reptile-database.reptarium.cz/species?genus=Leucocephalon&species=yuwonoi. Diakses tanggal 10 Mei 2022.

Penulis: Alfatheya Diva

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait