YIARI Ketapang Translokasikan Tiga Orangutan Dari Sungai Besar

17 Jun 2015
Heribertus Suciadi

YIARI Ketapang Translokasikan Tiga Orangutan Dari Sungai Besar

oleh | Jun 17, 2015

Petugas medis bergerak cepat di kegelapan. Sinar dari headlamp menerangi nampan berisi botol-botol obat bius dan alat suntik dengan berbagai macam ukuran. Dengan cermat, mereka menakar obat bius yang akan diberikan kepada Brama dan Mama Padi. Mereka berdua ditambah bayi Padi adalah tiga orangutan yang akan ditranslokasikan ke Batu Barat, Kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Kamis, (11/6). Mereka adalah tiga dari total lima orangutan yang diselamatkan dari hutan Sungai Besar Mei silam.

Total dari bulan Maret sampai Mei, lima orangutan liar telah diselamatkan dari kawasan Sungai Besar dan Sungai Bakau. Kelima orangutan ini sering muncul di perkampungan warga serta merusak ladang. Mereka masuk ke ladang warga karena makanan di hutan tempat tinggalnya mulai habis. Beberapa laporan warga menunjukkan adanya petak-petak hutan yang hampir habis yang di dalamnya ada beberapa orangutan yang terjebak.

Baby padi memeluk erat induknya sementara induknya mejalani prosedur bius sebelum dibawa ke TNGP

Hutan ini merupakan hutan gambut dengan tingkat keragaman hayati yang cukup tinggi namun kondisinya semakin menyempit dan menyebabkan makanan orangutan berkurang drastis. Menurut laporan, hutan ini berstatus Hutan Desa dengan populasi orangutan yang sangat besar. Studi yang dilakukan oleh YIARI pada tahun 2013 menunjukkan ada total lebih dari 500 orangutan yang berada di kawasan Sungai Besar dan Pematang Gadung. Perambahan hutan untuk pertanian, perkebunan, serta pertambangan emas illegal merupakan ancaman nyata bagi orangutan.

Menanggapi laporan warga, YIARI Ketapang menempatkan tim mitra di Sungai Besar untuk memantau orangutan yang sering masuk ke ladang warga. Setelah data dirasa cukup, penyelamatan untuk pertama kalinya dilakukan pada bulan Maret 2015. Dari kegiatan ini tim YIARI berhasil menyelamatkan satu orangutan betina dewasa dan satu anak orangutan. Kondisi mereka kurus karena mengalami kelaparan dalam waktu yang lama. Pemerikasaan medis juga melaporkan adanya tanda-tanda kekurangan nutrisi.

DSC_3128

Brama di hutan Sungai Besar yang sudah hampir habis

Upaya penyelamatan kedua kalinya dilakukan pada tanggal 4 mei 2015. Hasilnya didapat dua orangutan betina. Penyelamatan kedua ini merupakan hasil kerjasama antara YIARI dan BKSDA. Kondisi dua orangutan betina ini juga tidak jauh berbeda dengan orangutan yang didapatkan pada penyelamatan Maret silam. Dua orangutan ini kurus dan menderita kekurangan nutrisi. Bahkan tim medis perlu memberinya cairan infus sebelum membawanya keluar dari hutan

Penyelamatan ketiga dilaksanakan pada akhir bulan Mei setelah tim melakukan pengintaian selama dua hari. Agak berbeda dengan penyelamatan sebelumnya. Pada penyelamatan kali ini tim harus bekerja ekstra keras dan hati-hati karena kondisi hutan yang banjir. Bahkan di beberapa bagian kedalamannya mencapai pinggang. Orangutan terakhir yang diselamatkan ini terlihat bugar dan berisi. Hanya bulu bagian belakang yang terlihat botak.

Butuh waktu yang lama untuk menunggu orangutan masuk ke dalam jangkauan aman sebelum dapat dilumpuhkan dengan peluru bius. Kondisi hutan yang tergenang air menyulitkan pergerakan tim yang harus mengikuti pergerakan orangutan. Lantai hutan yang terendam juga membahayakan orangutan bila orangutan sampai jatuh ke sampai ke dasar hutan. Setelah berjibaku di dalam hutan selama 4 jam,akhirnya tim bisa membawa orangutan ini ke luar untuk memasukkannya ke dalam kandang transport untuk dibawa ke Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan YIARI Ketapang.

            Setelah menjalani rehabilitasi selama hampir tiga bulan di Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orangutan di Ketapang, tim medis menyatakan Brama dan Padi sudah cukup bagus keadaanya untuk dikembalikan ke alam bebas. Sementara dua orangutan lainnya masih perlu mendapatkan perawatan sebelum bisa dilepaskan. “Kondisi fisik Brama dan Padi bagus, berat badannya sudah ideal dan mereka terlihat bugar. Sedangkan untuk dua orangutan yang lain, saya rasa masih membutuhkan perawatan lebih lanjut,” ujar koordinator tim medis, drh. Ayu Handayani.

cek medis

drh. Ayu memeriksa kondisi Mama Padi

Kegiatan pelepasliaran ini dipimpin langsung oleh Argito Ranting selaku manager lapangan YIARI Ketapang. Selain diikuti oleh tim medis dan staf YIARI Ketapang, pelepasliaran ini juga diikuti jajaran BKSDA Ketapang, dan petugas Taman Nasional Gunung Palung. Ini adalah kali kedua YIARI Ketapang dan BKSDA Melakukan kegiatan pelepasliaran di, Taman Nasional Gunung palung. Sebelumnya, pada bulan Februari silam, enam individu orangutan dilepaskan di kawasan Batu Barat.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung, Dadang mengatakan, “Pada prinsipnya kami mendukung kegiatan pelepasliaran ini. Asal syarat-syaratnya terpenuhi, seperti pengecekan  habitat dan pemeriksaaan medis terhadapa orangutan yang hendak dilepasliarkan agar tidak membawa penyakit kepada orangutan yang memang sudah ada di Taman nasional Gunung Palung.”

Pemasangan chip 2

Pemeriksaan nomor microchip yang dipasang di tubuh Brama

Mulai pukul 00.00 petugas bius sudah siap dengan sumpit berisi jarum bius. Dengar cermat petugas membidik orangutan di dalam kandang karantina. Setelah orangutan tertidur, tim medis segera melakukan pemeriksaan terakhir. Setelah semua beres, petugas memasukkan orangutan ke dalam kandang transport. Membutuhkan waktu satu jam untuk masing-masing orangutan menjalani prosedur bius, pemeriksaan akhir serta pemasangan microchip. Menjelang pukul 03.30 dini hari, tim pelepasliaran berangkat menuju desa Batu Barat di kawasan Taman Nasional Gunung Palung. Kegiatan translokasi orangutan ini dilakukan pada malam hari untuk melindungi orangutan dari stress dan panas.

IMG_9876Menjelang pagi, tim pelepasan dan dua orangutan sudah melaju dengan speedboat melintasi Sungai Melano untuk menuju titik pelepasan. Jauh hari, titik pelepasan sudah disurvey terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan hutan ketersediaan pakan, serta tingkat populasi orangutan yang ada. “Di sini pakan berlimpah, jumlah orangutan yang ada pun belum terlalu padat sehingga persaingan ketat untuk merebutkan pakan tidak akan ada. Status Taman Nasional juga memestikan keselamatan orangutan dari tangan manusia yang tidak bertanggungjawab,” jelas Ahmad selaku koordinator survey.

Kegiatan yang berlangsung selama 10 jam berjalan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Anggota tim YIARI yng melakukan pemantauan pasca pelepasliaran mengatakan bahwa orangutan yang dilepaskan dalam kondisi baik dan sedang sibuk mencari makan. Tiga orangutan ini dilaporkan tidak berpindah tempat karena banyak persediaan pakan di hutan. Adi, anggota BKSDA yang ikut serta dalam kegiatan ini menyampaikan harapannya. “ Harapan kami ke depannya, tiap-tiap orang yang mempunyai atau memelihat satwa yang dilindungi, dapat menyerahkannya ke pihak berwajib.”

Anggota tim YIARI yang melakukan pemantauan pasca pelepasliaran mengatakan bahwa orangutan yang dilepaskan dalam kondisi baik dan sedang sibuk mencari makan. Tiga orangutan ini dilaporkan tidak berpindah tempat karena banyak persediaan pakan di hutan.

Image18

“Dalam 5 tahun terakhir ini, orangutan di daerah Ketapang yang sudah diselamatkan oleh YIARI dan BKSDA tidak kurang dari 150 individu” ucap Karmele L. Sanchez selaku Direktur Program YIARI. “Masalah kita semakin banyak. Semakin banyak kerusakan hutan, semakin banyak orangutan yang perlu diselamatkan, dan mendapatkan tempat pelapasan yang layak semakin sulit. Upaya penyelamatan orangutan harus berasal dari para semua pihak, bukan hanya LSM dan pemerintah tetapi juga dari pihak swasta dan dari masyarakat sebelum waktunya terlambat untuk melestarikan orangutan di Ketapang,”

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Apr 1, 2024

Perlu Diketahui! 7 Jenis Plastik ini Sering Kita Pakai 

Sobat #KonservasYIARI pada mulanya plastik diciptakan manusia sebagai pengganti paper bag, loh! Seiring berjalannya waktu plastik diproduksi secara besar-besaran.  Tidak hanya itu, kini plastik sudah menjadi pencemar lingkungan seperti kemasan plastik sekali...

7
Mar 25, 2024

Yuk Kenali Primata Indonesia dengan Status Kritis di Alam!

Kata pepatah tak kenal maka tak sayang. Oleh sebab itu Sobat #KonservasYIARI harus kenal dengan primata di Indonesia yang memiliki status Critically Endangered (CR) atau kritis di alam. Primata yang memiliki status konservasi kritis di alam menandakan bahwa primata...

Artikel Terkait