16 Oktober 2015 | Sumber : www.bbc.com
Gito, begitu kemudian dia dipanggil, sebelumnya disimpan sebagai binatang peliharaan oleh kepala Dusun Giet, Desa Merawa. Dia dijual dengan harga sekitar Rp400.000 dari seorang pria yang diduga membunuh ibu orang utan untuk mencuri bayinya. Badan penyelamatan binatang, International Animal Rescue (IAR) yang kemudian membantu menyelamatkannya mengatakan Gito “disimpan di kardus yang basah dengan air kencing, serta menderita dehidrasi parah dan kekurangan gizi.”
Kondisi Gito yang sangat memprihatinkan ini menjadi perbincangan di media sosial. Komentar-komentar kebanyakan menyatakan keprihatinan dan harapan agar Gito segera sembuh. Di Facebook BBC Indonesia misalnya, Endang Variasih menulis,”cepat sembuh dan sehat (Gito), juga untuk semua hewan di nusantara semoga lebih diperhatikan. Jangan bakar tempat mereka.”
Lainnya mengungkapkan kemarahan. Aprianto menulis, “manusia mulai kehabisan nurani, asal perut kenyang, dompet terisi, semua dihalalkan, walaupun hewan atau hutan membantu menjaga kesimbangan alam, mereka hantam habis.” Akun Twitter resmi IAR mengatakan, “Saat ini kami merawat salah satu kasus yang paling parah dalam kekejaman terhadap binatang dan penelantaran yang paling parah.”
Orang utan yang diperkirakan berumur tiga hingga empat bulan ini ditemukan dengan tangan yang menyilang di dada. Kulitnya yang agak keabu-abuan dan bulu yang meniipis membuat Gito tampak seperti mumi.
Kepala eksekutif IAR Alan Knight mengatakan bahwa “tim kami melihat peningkatan kasus orangutan yang disimpan sebagai binatang peliharaan dan sebagian dari mereka baru saja diambil dari alam liar.”
“Ini adalah akibat dari kebakaran hutan sehingga orangutan tidak memiliki makanan dan tempat berlindung. Orangutan dibiarkan dalam kondisi rentan. Mereka terancam kelaparan, dibunuh, atau ditangkap oleh manusia.”
Selama pemeriksaan kesehatan, Gito mengalami demam dan tangan kakinya kaku. Ia menderita diare dan penyakit kulit yang sangat menular. “Gito berada di tangan yang aman sekarang dan menerima perawatan ahli dan perawatan di pusat kami di Ketapang. Tapi tragisnya ada banyak orang utan seperti dia yang membutuhkan bantuan kami,” kata Knight.