Pelepasliaran Kukang Jawa dengan Radio Collar

20 Apr 2010
Admin YIARI

Pelepasliaran Kukang Jawa dengan Radio Collar

oleh | Apr 20, 2010

Minggu lalu, tepatnya hari Rabu tanggal 14 April 2010, IAR Indonesia bekerjasama dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) melakukan kegiatan pelepasliaran dua ekor kukang Jawa (Nycticebus javanicus) dengan radio-collar. Sehari sebelum pelepasliaran, dilakukan pengecekan medis dua ekor kukang yang akan dilepasliarkan, yaitu Paloma dan Tengah. Menurut peneliti IAR Indonesia, yaitu Richard Moore, gigi kedua kukang tersebut tidak sempurna tetapi keadaannya bisa dibilang cukup baik untuk dilepasliarkan. Richard juga mengatakan bahwa kedua kukang tersebut masih menunjukkan prilaku stereotipik di kandang IAR tapi ia memperkirakan bahwa prilaku ini bisa hilang ketika kukang tersebut berada di kandang habituasi atau di alam liar.

Dokter hewan dan peneliti IAR (dr. Karmele dan Richard) memasang radio collar pada kukang.
Rabu pagi, kedua kukang dibawa menuju kandang habituasi untuk kemudian diawasi perilakunya selama 3 hari. Kedua kukang yang akan dilepaskan memakai radio collar. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pengawasan (monitoring) setelah pelepasliaran. Mekanisme penggunaan radio collar ini adalah dengan mengikuti bunyi beep yang ada di dalam alat tersebut. Wilayah jelajah yang bisa diliputi oleh radio collar ini bergantung pada kondisi topografi tanah. Wilayah Ciapus merupakan wilayah yang berbukit-bukit sehingga terdapat wilayah jelajah seluas 2 km pada percobaan pertama radio-collar ini.

Kandang habituasi kukang dibuat dengan jarring berukuran 3x5x5 m

Setelah mengalami proses habituasi, kedua kukang akhirnya dilepasliarkan pada Minggu malam, 18 April 2010. Dari hasil pengamatan, Palomo dan Tengah memperlihatkan perilaku yang lebih baik dibandingkan perlikau sebelumnya di kandang IAR (perilaku mereka saat itu bersifat stereotipik). Kukang yang terlebih dahulu keluar adalah Paloma dan selanjutnya diikuti Tengah. Tingkah laku yang pertama kali mereka lakukan di luar kadang habituasi adalah makan dan mencari makan. Paloma langsung memegang bunga kaliandra. Begitu juga dengan Tengah, dia langsung pergi untuk mencari bunga. Keduanya begitub aktif mencari makan. Mereka juga dilaporkan memakan semut di sekitar alam liar “baru” mereka.


Kukang Jawa menikmati malam pertama nya dalam kebebasan.

Laporan terakhir dari Richard, kedua kukang ditemukan berada tidak jauh dari kandang habituasi, yaitu sekitar 10 meter dan 50 meter dari kandang. Hal ini tentunya sangat menguntungkan karena bisa mempermudah pengamatan pasca pelepasliaran.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Jul 15, 2024

Flora dan Fauna di Indonesia: Definisi, Jenis, Karakteristik

Hai, sobat #KonservasYIARI! Jika seseorang bertanya, "Apa saja kekayaan alam berupa flora dan fauna di Indonesia?" banyak dari kita akan langsung menyebut Rafflesia arnoldii, anggrek hitam, komodo, dan badak jawa. Nama-nama ini mungkin sudah tidak asing lagi, namun...

7
Jul 4, 2024

Lima Prinsip Kesejahteraan Satwa yang Harus Kamu Ingat!

Pasti Sobat #KonservasYIARI mendambakan hidup sejahtera dan bebas, bukan? Seperti halnya manusia, hewan juga merupakan makhluk hidup yang berhak menikmati kehidupan yang bebas dan sejahtera. Kesejahteraan hewan, yang dikenal dengan lima prinsip kebebasan...

7
Jun 26, 2024

Hutan Mangrove, Rumah bagi Biota dan Fauna yang Mesti Dilindungi

Fungsi hutan mangrove ternyata lebih banyak daripada yang kita duga, fungsi dan perannya tidak hanya melulu menahan laju abrasi pantai. Sebab, berbagai jenis biota dan fauna menghuni kawasan ekosistem satu ini, memberi manfaat bagi lingkungan maupun untuk...

Artikel Terkait