Bogor – Dua potong semangka disimpan di dalam kandang jebak berukuran satu kali satu meter. Pintunya dibiarkan terbuka dan diikat menggunakan tali tambang untuk memudahkan penutupan kandang dari jarak yang jauh. Satu individu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tampak santai duduk di depan pintu kandang terbuka sambil memakan buah pisang.
Julitasari, anggota tim penyelamat monyet ekor panjang Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) bersiaga di bawah kolong kandang kambing mengawasi monyet tersebut. Merasa monyet sudah masuk ke dalam kandang, perempuan berjilbab itu segera menarik tali yang terhubung dengan pintu kandang jebak. Pintu kandang tertutup, sementara monyet melompat menjauhi kandang. “Ternyata Modli belum masuk kandang jebak, dia masuk lagi ke kandang kambing,” kata Juli, panggilan akrab Julitasari memberi tahu teman satu timnya.
Senin sore 18 Januari 2016 lalu, tiga orang tim penyelamat monyet ekor panjang YIARI menanggapi laporan warga mengenai keberadaan monyet ekor panjang di Peternakan Kambing Etawa di Kampung Sinarwangi, Ciapus, Bogor. Pukul 13.00 tim bergegas menjemput monyet yang katanya mulai menganggu kambing-kambing di peternakan itu.
Sesampainya di lokasi, anggota tim mulai bergerak menjalankan tugas masing-masing. Staf medis YIARI, drh Fitri Yanti menyiapkan pisang yang diberi obat penenang untuk menurunkan agresivitas monyet. Anggota tim lain menyiapkan kandang jebak kemudian bergerak mencari keberadaan monyet ekor panjang di tengah-tengah ratusan kambing. Tak lama berkeliling di komplek kandang kambing, anggota tim melihat monyet yang diberi nama Modli oleh para pekerja di pertenakan.
Staf medis pun segera menyiapkan buah pisang yang diisi obat penenang. “Obat dimasukkan ke dalam pisang supaya di makan dan berfungsi untuk menurunkan temperamen monyet supaya lebih tenang,” ujar drh. Fitriyanti. Menurutnya dari hasil pengamatan singkat, perilaku Modli tidak terlalu liar dan tidak takut berdekatan dengan manusia.
Pancingan buah pisang pun siap, Julitasari kemudian menyusuri lorong kandang kambing dan memancing monyet itu dengan pisang tersebut. Tak lama berselang, pisang berisi obat penenang pun dimakan oleh Modli.
“Pisangnya dia ambil dan langsung dimakan, tapi setelah 15 menit efek obat penenangnya belum bereaksi, dia masih saja aktif naik ke atap kandang kambing,” kata Juli.
Sekitar satu jam berlalu, Modli masih saja berpindah dari satu kandang ke kandang lain bahkan beberapa kali naik ke atap mencoba menghindar dari tim penyelamat. Karena obat penenang tidak manjur, tim pun menyiapkan kandang jebak yang diisi buah-buahan untuk memancing Modli.
Lagi-lagi, tim pun harus menunggu satu jam lagi hingga Modli tertarik mengambil semangka di dalam kandang jebak. “Awalnya kami lihat monyet sudah masuk kandang, jadi segera kami tarik tali untuk menutup kandang jebak, tapi ternyata meleset. Modli masih diluar pintu kandang, dia pun melompat menjauh lagi,” ujar Juli mengingat kejadian tersebut.
Tim pun tak pantang menyerah, mereka kembali menyiapkan buah-buahan segar di dalam kandang jebak. Kali ini tim lebih sigap dan cermat melihat pergerakan Modli yang masih saja aktif. Tiga orang tim menyebar dan bersembunyi di balik sekat kandang kambing. Tak lama, Modli pun kembali lagi ke kandang jebak untuk mengambil buah semangka merah. Kali ini, Modli masuk ke kandang bagian tengah dan tim segera menarik tali penutup. Modli pun berhasil masuk kandang jebak dan segera di translokasi ke pusat rehabilitasi YIARI di Curug Nangka, Ciapus, Bogor.
“Selanjutnya, Modli akan menjalani pemeriksaan medis seperti tes fisik, pengambilan sampel darah, sampel feses, tes TB dan pemeriksaan X-Ray. Modli akan terlebih dahulu menjalani masa karantina barulah masuk tahapan rehabilitasi untuk mengembalikan sifat liarnya,” kata Fitri, sapaan akrab drh. Fitri Yanti.
Yayasan IAR Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang kesejahteraan, perlindungan dan pelestarian satwa liar Indonesia. Salah satu primata yang menjadi fokus penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran yaitu monyet ekor panjang. Data tahun 2015, Yayasan IAR Indonesia menyelamatkan tujuh individu monyet ekor panjang dan melepasliarkan 22 individu ke habitat alaminya. Hingga Maret 2016, sebanyak 40 individu monyet dititiprawatkan di Pusat Rehabilitasi Ciapus, Bogor terdiri dari 26 jantan dan 14 betina.
Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa liar yang belum memiliki status perlindungan hukum di Indonesia. Hal tersebut membuat maraknya penangkapan dan perburuan monyet ekor panjang yang berlebihan di alam. Mereka diperjualbelikan sebagai makanan, biomedis, dan juga pertunjukkan topeng monyet atau hanya sekedar dipelihara untuk kesenangan pribadi.