Ia mengaku mengambil bayi orangutan tersebut karena merasa iba serta khawatir jika dibiarkan akan mati karena ditinggalkan induknya. Sebab itu ia membawa bayi orangutan tersebut pulang ke rumahnya untuk dirawat.
“Saya khawatir bayi orangutan itu mati karena ditinggalkan induknya. Maka bayi orangutan ini langsung saya bawa pulang dan diberi minum susu,” ucapnya.
Kemudian ia meminta bantuan warga lain agar memberitahukan kepada pihak berwenang serta menyampaikan kepada pihak Yayasan Palung bahwa bayi orangutan itu mau diserahkannya agar mendapatkan perawatan lebih baik.
Petugas Yayasan Palung, Edi Rahman mengatakan di lokasi ditemukannya bayi orangutan ini terdapat kawasan hutan. Namun statusnya kawasan hutan produksi luasnya sekitar 4.825 hektar dan hutan produksi konservasi luasnya sekitar 2 ribu hektar.
“Kawasan hutan ini merupakan habitat dan masih terdapat populasi orangutan. Tapi di sekitar hutan itu terdapat berbagai ancaman kelestarian orangutan. Seperti pembukaan perkebunan sawit, pertambangan illegal, kebakaran hutan dan illegal logging,” katanya.
Penyerahan bayi orangutan ini oleh Maman kepada petugas disertai surat penandatangan Berita Acara (BA) serah terima. Setelah itu bayi orangutan tersebut dibawa ke pusat rehabilitasi YIARI di Desa Sei Awan Kiri Kecamatan Muara Pawan.
Menurut keterangan warga di lokasi ditemukannya bayi orangutan ini juga sering ditemukan orangutan masuk dan merusak tanaman masyarakat. Bahkan beberapa bulan terakhir pihak BKSDA danYIARI telah merescue beberapa individu orangutan dari lokasi tersebut.
Pada proses rescue ini juga disaksikan banyak warga. Momen ini dimanfaatkan perwakilan BKSDA, Adi Susilo menyampaikan himbauan kepada warga untuk tidak memelihara dan memburu serta memperdagangkan satwa dilindungi termasuk orangutan.