Harapan Baru Ucil: Rela Berhenti Sekolah Demi Keluarga

12 Sep 2024
Ismail Agung Rusmadipraja

Harapan Baru Ucil: Rela Berhenti Sekolah Demi Keluarga

oleh | Sep 12, 2024

Nama saya Perdi, biasa dipanggil Ucil. Saya berasal dari Dusun Beloyang Mentatai, tepatnya di kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Usia saya saat ini 15 tahun.

Sebagai anak pertama, saya rela tidak melanjutkan sekolah demi mencari uang. Ini saya lakukan agar bisa membantu keluarga, terutama menyekolahkan kedua adik saya. Jujur, saya tidak bisa berharap banyak dari kedua orangtua. Meski mereka juga bekerja, sekolah adik-adik saya tidak begitu diperhatikan.

Kadang, saya merasa sedih karena kami tidak punya apa-apa. Saya juga iri sama kawan-kawan yang dengan mudahnya meminta ke orangtuanya. Saya justru harus bekerja mati-matian, baru bisa mendapatkan apa yang saya mau.

Saya berhenti sekolah sejak kelas tiga SD. Iri sebenarnya melihat orang-orang yang punya gelar SMA atau sarjana. Sedangkan saya, menulis saja kesulitan. Saya pernah menangis sendiri, memikirkan kehidupan saya yang seperti ini.

Kegiatan Mini Pameran Kahiu Academy, Ucil pertama kali melakukan presentasi didepan umum terkait konservasi dan kerusakan hutan (Tim edukasi | YIARI)

Anak Sekecil itu Terpaksa Kerja Kayu

Sejak kecil, saya terpaksa ikut kerja kayu. Awal kerja kayu, saya bertugas membantu menyapu membersihkan serpihan. Upahnya hanya 25 ribu per hari. Dua tahun setelahnya saya belajar memikul kayu.

Karena saya masih kecil, saya diberi tugas memikul balok kayu ukuran 4 meter dan tebal 10 cm. Dalam sebulan saya rata-rata bisa memikul 100 batang. Jika produksi sedang ramai, bisa sampai 200 batang per bulan.

Penghasilan yang didapat dari pikul kayu dalam sebulan bisa mencapai 4 juta. Tapi bersih yang bisa saya bawa pulang hanya setengahnya saja karena biaya-biaya lain. Setiap balok yang saya pikul sebenarnya dihargai 80 ribu, tapi itu harus dibagi lagi dengan tukang potong.

Selama bekerja kayu, kaki kiri saya pernah sobek terkena kayu. Kalau saya ingat-ingat, bisa saja kaki saya patah waktu itu.

Kerja kayu memang memberikan penghasilan lumayan, itu juga kalau kuat badannya. Kalau sudah tua atau tenaga kurang, sudah pasti tidak banyak yang bisa diambil. Lama-lama, kerja kayu tidak bisa diandalkan. Belum lagi resiko kerjanya.

Kegiatan menanam padi di pulau rangkong saat praktek lapangan kelas pertanian di Kahiu Academy  (Tim edukasi | YIARI)

Kesempatan untuk Belajar

Tuhan sepertinya menunjukkan jalan buat saya. Tuhan memberikan saya kesempatan sekali lagi untuk belajar bersama Kahiu Academy. Di Kahiu, saya punya teman baru. Bahagia bisa tertawa dan bercanda bersama mereka. Di program ini, saya banyak belajar hal baru, menambah ilmu dan pengalaman.

Awalnya memang tidak mudah. Saya merasa malu. Hanya lulusan kelas 3 SD. Sikap dan perilaku saya labil dan mudah emosi. Saya senang bisa bercanda dengan teman-teman, tapi saya juga mudah tersinggung. Sikap ini kadang membuat suasana menjadi tidak nyaman bagi teman-teman.

 Atas bimbingan kak Dieka dan kakak-kakak di YIARI, saya banyak belajar untuk lebih terbuka. Belajar meminta maaf. Teman-teman juga banyak membantu. Mendukung saya belajar menulis. Membuat saya jadi lebih percaya diri.

Apa yang saya dapat di Kahiu tidaklah sia-sia. Saya bisa komputer. Belajar mengetik, meski lama karena jari-jarinya belum terbiasa. Saya belajar membuat presentasi. Saya juga belajar membuat rencana finansial. Belajar fotografi, juga belajar edit desain menggunakan Canva.

Di salah satu tugas tentang rencana masa depan, saya tuliskan di presentasi, mau buka usaha foto dan kafe, kelak. Tapi baru-baru ini, saya pikir untuk mencoba berkebun. Setelah mendapatkan pelatihan pertanian dari pak Eko, saya rasa ini bisa dilakukan sepulang nanti ke dusun. Kami punya tanah, sayang kalau tidak dimanfaatkan.

 Saya sudah coba hitung-hitung. Hasil panen dari bertani pasti selalu habis diambil oleh pasar di Serawai dan Menukung. Kalau ini bisa dijalankan dengan serius, pasti bisa jadi penghasilan tetap setiap bulannya.

Untuk jalankan usaha ini, saya juga bisa ajak kedua orangtua bantu kerja di kebun. Saya berharap, hasil yang didapat dari berkebun nantinya bisa membantu adik saya melanjutkan sekolahnya, lulus hingga SMA atau jadi sarjana. Atau, mewujudkan rencana masa depan saya, buka kafe.

Semoga ini menjadi jalan baik bagi saya dan keluarga.

Kegiatan Mini Pameran Kahiu Academy (Tim edukasi | YIARI)

Tentang Kahiu Academy

Kahiu Academy merupakan program pembinaan dan peningkatan keterampilan yang dikhususkan bagi remaja. Program ini menyasar remaja putus sekolah atau lulusan setingkat SMA, yang masih memiliki motivasi untuk belajar dan mengembangkan kemampuan diri. Saat ini, Kahiu Academy telah terlaksana hingga batch kedua, dengan jumlah keterlibatan sebanyak 35 peserta.

Peserta Kahiu Academy berasal dari berbagai desa mitra YIARI di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Kegiatan berlangsung selama empat bulan, dengan beragam pelatihan dan keterampilan seperti komputer, bahasa Inggris, penerapan pertanian, teknik las, mengemudi, dan lainnya. Selain itu, ada juga kelas-kelas yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta pengembangan sikap dan perilaku positif terhadap diri sendiri, juga bagi konservasi alam.

Selepas dari Kahiu, peserta diharapkan dapat lebih mandiri untuk mengembangkan potensi diri di dunia usaha, bekerja, melanjutkan pendidikan, ataupun bidang lainnya yang bisa diterapkan sesuai dengan minatnya.

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Sep 17, 2024

Beruk Mentawai: Primata Endemik dari Kepulauan Mentawai

Tahukah kamu, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat memiliki tingkat endemisitas primata yang tinggi? Salah satu primata endemik di Kepulauan Mentawai adalah beruk Mentawai. Artinya, beruk Mentawai tidak dapat ditemukan di wilayah manapun alias limited edition! Nama...

7
Sep 11, 2024

Biji Kopi, Sebuah Harapan di Tanah Batu Lapis

Di tengah bayangan kelam akan habisnya sumber daya hutan, muncul secercah harapan baru di Desa Batu Lapis. Deli, seorang pemuda desa yang dulunya hidup dari menebang kayu, kini menemukan cara lain untuk bertahan—melalui biji kopi. Langkah kecil yang ia ambil ini...

Artikel Terkait