Hai, sobat #KonservasYIARI!
Bekantan atau Nasalis larvatus adalah primata unik dengan hidung menonjol dan wajah mencolok, menjadikannya daya tarik bagi banyak orang.
Sebagai hewan endemik di Pulau Kalimantan, sangat disayangkan habitat alami dan populasi bekantan semakin terancam oleh berbagai faktor.
Bekantan sendiri memiliki banyak nama, seperti long-nosed monkey, proboscis monkey, kera bekantan, dan bangkatan. Penduduk lokal pun menyebutnya dengan berbagai nama seperti kera belanda, pika, bahara bentangan, raseng, dan kahau.
Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dekat kehidupan bekantan, serta langkah-langkah konservasi yang dapat diambil untuk memastikan kelangsungan hidup mereka di alam liar. Yuk, simak bersama!
Ciri-ciri Bekantan
Bekantan atau proboscis monkey dikenal dengan beberapa ciri khas yang membedakannya dari primata lainnya. Berikut beberapa ciri bekantan:
- Hidung besar dan panjang: ciri paling mencolok dari bekantan adalah hidungnya yang besar dan panjang, terutama pada jantan. Hidung ini bisa menjadi sangat besar dan bisa menggantung melebihi mulut. Fungsinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini terkait dengan penarikan pasangan atau sebagai resonator suara yang memperkuat vokalisasi mereka.
- Warna bulu: bekantan memiliki bulu berwarna agak kemerahan dengan bagian bawah tubuh lebih pucat. Bulu di sekitar wajah dan leher biasanya berwarna krem atau putih, sementara ekornya panjang dan sering kali berujung hitam, yang membantu mereka dalam keseimbangan saat bergerak di atas pohon.
- Ukuran dan bentuk tubuh: jantan dewasa bisa mencapai berat sampai 24 kg dengan panjang tubuh sekitar 75 cm, belum termasuk ekor yang bisa sepanjang 60 cm. Betina secara signifikan lebih kecil dan memiliki hidung lebih pendek, kurang mencolok dibandingkan dengan jantan.
- Tangan dan kaki: bekantan memiliki tangan dan kaki yang kuat dan fleksibel, memudahkan mereka memanjat dan berayun di antara cabang-cabang pohon. Kaki belakang mereka lebih panjang dari kaki depan, membantu mereka melompat jarak jauh.
- Adaptasi perairan: selain keterampilan memanjat yang sangat baik, bekantan juga adalah perenang handal. Mereka memiliki kemampuan unik untuk berenang, yang tidak umum bagi banyak primata. Hal ini membantu bekantan mengakses makanan dan melarikan diri dari predator, dengan melintasi sungai atau kanal di habitat hutan rawa.
- Ekspresi wajah: bekantan memiliki ekspresi wajah sangat ekspresif yang digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain. Ekspresi ini termasuk menunjukkan gigi, mengernyitkan dahi, dan mengangguk, yang semuanya memainkan peran penting dalam interaksi sosial mereka.
Deskripsi Perilaku Bekantan
Inilah deskripsi mendalam tentang perilaku bekantan:
1. Struktur sosial
Bekantan punya struktur sosial yang unik. Mereka biasanya hidup dalam kelompok besar, terdiri dari satu jantan dominan, beberapa betina dewasa, dan anak-anak mereka.
Kelompok-kelompok ini berjiwa sosial tinggi dan sering terlihat beristirahat atau mencari makan bersama. Jantan dewasa sering kali sangat protektif terhadap kelompoknya dan akan menunjukkan perilaku agresif untuk menangkis jantan lain atau predator.
2. Aktivitas harian
Primata ini aktif di siang hari (diurnal). Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di pohon. Makanan yang sering dicari adalah daun muda, buah-buahan, dan biji-bijian, meskipun mereka juga makan bunga dan beberapa serangga.
Perilaku mencari makan ini melibatkan banyak berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lain, yang menunjukkan kelincahan mereka dalam bergerak di antara cabang-cabang pohon.
3. Komunikasi
Bekantan menggunakan berbagai suara dan bahasa tubuh untuk berkomunikasi. Vokalisasi mereka termasuk mendesis, mendengus, dan suara keras lainnya yang digunakan untuk berkomunikasi dengan kelompok atau memperingatkan adanya bahaya.
Mereka juga menggunakan ekspresi wajah dan postur tubuh untuk mengekspresikan suasana hati atau status sosial.
4. Perilaku reproduksi
Perilaku kawin bekantan melibatkan jantan yang menampilkan diri di depan betina dengan mengembangkan tubuh dan menunjukkan perilaku mendominasi. Betina biasanya memilih jantan berdasarkan kekuatan dan statusnya dalam kelompok.
Bekantan betina melahirkan satu anak setelah masa kehamilan sekitar 160-200 hari.
5. Adaptasi lingkungan
Sebagai hewan yang hidup di dekat perairan seperti hutan mangrove dan rawa, bekantan adalah perenang handal. Mereka sering terlihat berenang antar pulau atau menghindari predator dengan melompat ke air dan berenang ke lokasi yang aman.
Distribusi Geografis dan Habitat Bekantan
Bekantan merupakan spesies yang endemik di Pulau Kalimantan, meliputi wilayah Indonesia, Malaysia (Sabah dan Sarawak di Borneo Utara), dan Brunei Darussalam. Khususnya, mereka tersebar di sepanjang sungai dan di daerah pesisir pulau ini, mengadaptasi diri dengan lingkungan hutan rawa dan mangrove.
Distribusi geografis
Bekantan secara eksklusif ditemukan di Pulau Kalimantan. Mereka mendiami daerah-daerah yang kaya akan sumber air, di mana hal ini penting untuk kebutuhan hidup mereka. Sebagai spesies yang sangat tergantung pada ekosistem berbasis air, bekantan memilih habitat yang dekat dengan sungai, rawa, atau hutan mangrove.
Habitat
Habitat utama bekantan meliputi:
- Hutan mangrove: bekantan sering ditemukan di hutan mangrove, yang menyediakan sumber makanan dan tempat berlindung dari predator. Hutan ini juga berperan penting dalam kehidupan reproduksi mereka, memberikan tempat yang aman untuk membesarkan anak-anak mereka.
- Hutan rawa: daerah rawa menyediakan bekantan dengan akses ke berbagai tumbuhan air yang menjadi bagian dari diet mereka. Keterampilan berenang bekantan sangat membantu dalam navigasi dan akses ke sumber makanan di habitat ini.
- Hutan sekunder dan primer di sepanjang sungai: bekantan juga mendiami hutan sekunder dan primer yang berada di sepanjang aliran sungai besar. Daerah-daerah ini menawarkan kanopi yang tinggi dan ketersediaan makanan stabil, seperti buah-buahan, daun, dan bunga.
Ancaman Utama Bekantan
Bekantan menghadapi beberapa ancaman serius yang berpotensi mengurangi jumlah populasi mereka secara drastis:
1. Penghancuran habitat
Kegiatan penebangan hutan untuk pertanian, pembangunan infrastruktur, dan pertambangan menjadi penyebab utama hilangnya habitat alami bekantan. Hutan mangrove dan rawa yang merupakan habitat esensial bagi mereka semakin berkurang, menyulitkan bekantan untuk menemukan makanan dan tempat berteduh.
2. Perburuan ilegal
Meski bekantan dilindungi oleh undang-undang, perburuan untuk daging atau perdagangan sebagai hewan peliharaan masih berlangsung. Ini sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan penegakan hukum yang efektif.
3. Kerusakan ekologis
Polusi air dan tanah, terutama dari aktivitas industri dan pertanian, juga memengaruhi kesehatan ekosistem yang mendukung kehidupan bekantan. Pencemaran ini bisa merusak sumber makanan dan kualitas habitat mereka secara keseluruhan.
Program Konservasi untuk Bekantan
Untuk mengatasi ancaman ini, berbagai program konservasi telah dilaksanakan:
- Perlindungan hukum: bekantan termasuk dalam daftar spesies yang dilindungi, dengan hukuman yang ketat bagi siapa pun yang menangkap, membunuh, atau memperdagangkan mereka. Penerapan hukum ini membutuhkan kerja sama antara pemerintah dan lembaga penegak hukum.
- Zona konservasi: pembentukan zona konservasi seperti taman nasional dan cagar alam di Kalimantan telah menjadi strategi penting. Zona ini memberikan perlindungan bagi bekantan dan spesies lainnya, memungkinkan mereka berkembang biak dan hidup tanpa gangguan dari aktivitas manusia.
- Pendidikan dan kesadaran publik: program pendidikan dan peningkatan kesadaran di kalangan masyarakat lokal dan global tentang pentingnya melestarikan bekantan dan habitatnya juga tak kalah penting. Ini termasuk campaign informasi dan program di sekolah-sekolah untuk mengajarkan nilai konservasi.
- Penelitian dan pemantauan: studi ilmiah terus dilakukan untuk lebih memahami ekologi bekantan, perilaku mereka, dan interaksi dengan habitat. Data dari penelitian ini berguna untuk merumuskan strategi konservasi yang lebih efektif.
- Kerja sama internasional: kerja sama antar negara di Pulau Kalimantan (Indonesia, Malaysia, Brunei) dalam melindungi bekantan juga sangat krusial, mengingat distribusi geografis bekantan yang melintasi perbatasan negara.
Peran Masyarakat dan Pemerintah untuk Konservasi Bekantan
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian bekantan dan habitatnya bisa dicapai melalui pendidikan dan campaign kesadaran lingkungan.
Pentingnya keterlibatan pemerintah dalam proses ini tidak bisa diabaikan, karena dukungan mereka dapat memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya konservasi. Selain itu, memperkuat penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal seperti penebangan hutan dan perburuan liar menjadi langkah penting lain untuk menjaga populasi bekantan.
Undang-undang seperti UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, menyertakan pasal-pasal penting di dalamnya, termasuk:
- Pasal 21 Ayat (1): melarang setiap orang untuk menangkap, melukai, membunuh, atau memperniagakan satwa yang dilindungi.
- Pasal 40 Ayat (2): menyebutkan sanksi pidana bagi siapa saja yang melanggar ketentuan tentang perlindungan satwa liar, termasuk pidana penjara hingga 5 tahun dan denda maksimal Rp100 juta
Namun, meskipun undang-undang tersebut sudah ada, masih terdapat tantangan dalam penerapannya, yang memerlukan kerja sama antara pemerintah, organisasi, dan masyarakat.
Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak, kita dapat mengharapkan masa depan yang lebih baik untuk bekantan, primata endemik dari Pulau Kalimantan. Bekantan, sebagai bagian dari warisan alam Indonesia, patut dijaga bersama.
Melalui kolaborasi yang efektif dan sinergis, upaya pelestarian dan perlindungan ini bisa dilaksanakan secara strategis. Setiap langkah kecil yang diambil memiliki potensi untuk memberikan dampak besar pada kelangsungan hidup bekantan di alam liar.
Yuk, mari bersama mengambil bagian dari upaya konservasi bekantan!
Nana Nadiya Mahardika
Referensi:
- https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0101654
- https://kmisfip2.menlhk.go.id/news/detail/554
- https://www.researchgate.net/profile/TriAtmoko/publication/273946073_Bekantan_Monyet_Belanda_yang_Unk/links/5510cdca0cf20352196c9a74/Bekantan-Monyet-Belanda-yang-Unik.pdf
- https://media.neliti.com/media/publications/231356-komunikasi-vokal-pada-bekantan-nasalis-l-1e5589a4.pdf
- https://primata.ipb.ac.id/bekantan-nasalis-larvatus
- https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/796/jbptunikompp-gdl-giovanniad-39794-7-unikom_g-i.pdf