Mengungkap Amorphophallus titanum, Bunga Raksasa dari Sumatra yang Terancam Punah

30 Jul 2024
Admin YIARI

Mengungkap Amorphophallus titanum, Bunga Raksasa dari Sumatra yang Terancam Punah

oleh | Jul 30, 2024

Halo, sobat #KonservasYIARI!

Mendengar nama tumbuhan Amorphophallus titanum, atau yang lebih dikenal sebagai bunga bangkai, mungkin yang pertama kali terlintas di pikiran kita adalah aroma khas busuk dan ukuran tinggi besar.

Namun, lebih dari itu, Amorphophallus titanum merupakan flora endemik dari Pulau Sumatra yang menarik perhatian para peneliti dan botanis di seluruh dunia. Terutama karena fenomena mekarnya yang hanya terjadi dalam periode waktu sangat singkat.

Apa yang membuat bunga bangkai begitu istimewa dan unik? Dalam artikel ini, kita akan mempelajari berbagai aspek menarik tentang Amorphophallus titanum, mulai dari karakteristik biologis, faktor kelangkaan, sampai bagaimana penanganannya.

Mari kita telusuri dan kenali lebih dalam tentang tumbuhan yang luar biasa ini, Amorphophallus titanum!

Amorphophallus titanum (Pixabay)

Karakteristik dan Habitat Amorphophallus titanum

Amorphophallus titanum, atau dikenal sebagai Titan Arum, merupakan jenis tumbuhan rhizoma atau umbi-umbian berukuran raksasa.

Tumbuhan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1878 di hutan hujan tropis Sumatra oleh ahli botani Italia, Odoardo Beccari, yang menemukannya saat melakukan pelayaran. Sejak saat itu, Amorphophallus titanum menarik perhatian para botanis di seluruh dunia berkat keunikannya.

Potret umbi Amorphophallus titanum (W. Barthlott | Wikimedia )

Ada beberapa karakteristik yang menjadikan tumbuhan ini unik, lho:

  • Ukuran: Amorphophallus titanum memiliki tangkai bunga (spadix) yang tingginya bisa mencapai 4 meter dengan diameter 1,5 meter. Tangkai ini dikelilingi lembaran selubung bunga berwarna maroon pekat.
  • Umbi: umbi tumbuhan bisa mencapai berat 70 – 100 kg, mendukung pertumbuhan tanaman yang sangat besar.
  • Aroma: saat mekar, tumbuhan ini mengeluarkan aroma menyerupai daging busuk yang berfungsi menarik serangga untuk membantu penyerbukan.

Apa sih yang menyebabkan munculnya aroma busuk menyengat di bunga ini?

Ternyata, aroma tersebut dapat terjadi karena dibantu oleh tangkai bunga (spadix) yang dapat memanas hingga 30 derajat celcius. Kemudian, suhu panas membantu menyebarkan aroma bunga bangkai sehingga bisa menarik serangga seperti lalat dan kumbang sebagai penyerbuk.

Siklus Hidup Amorphophallus titanum

Ada dua fase berulang dalam siklus hidup Amorphophallus titanum:

Fase vegetatif

Pada fase ini, tumbuhan akan tumbuh seperti tumbuhan biasa dengan daun dan batang semunya yang bisa mencapai tinggi 6 meter. Setelah beberapa tahun, organ vegetatif akan layu dan gugur, namun umbinya tetap dormant (berhenti tumbuh).

Fase generatif

Selanjutnya, jika cadangan makanan di umbi mencukupi dan kondisi lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Setelah mekar dan diserbuki, bunga akan layu dalam 24 jam, lalu umbi kembali dormant dan daun tumbuh lagi.

Siklus hidup Amorphophallus titanum ; Titan Arum ; Bunga Bangkai (Chicagobotanic.org)

Faktor Kerentanan dan Langkanya Amorphophallus titanum

Dibalik keunikannya, populasi Amorphophallus titanum ternyata sangat rentan terancam punah. Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai Vulnerable; VU atau ‘rentan’ oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Berikut beberapa faktor utama yang berkontribusi pada kerentanan dan kelangkaannya:

  • Habitat terbatas: Amorphophallus titanum adalah endemik dari hutan hujan tropis di Sumatra, Indonesia. Ketergantungannya pada iklim dan kondisi tanah yang sangat spesifik membuatnya rentan terhadap perubahan lingkungan.
  • Periode mekar yang singkat: bunga ini hanya mekar selama beberapa hari setiap beberapa tahun sekali. Hal ini lah yang membatasi kemampuannya untuk menarik penyerbuk dan berhasil berkembang biak dalam jangka waktu singkat.
  • Pengumpulan liar: dikarenakan ukuran dan keunikan bunga bangkai, banyak orang mengambil tanaman ini dari habitat aslinya untuk diperdagangkan atau dikoleksi, yang mengancam kelangsungan populasinya di alam liar.
  • Pembalakan dan konversi lahan: deforestasi untuk pertanian, pemukiman, dan pembangunan infrastruktur telah mengurangi habitat alami Amorphophallus titanum, sehingga memperkecil ruang hidup yang tersedia bagi spesies ini.
  • Perubahan iklim: perubahan suhu dan pola curah hujan dapat memengaruhi pertumbuhan dan reproduksi Amorphophallus titanum, khususnya karena tanaman ini membutuhkan kondisi iklim tropis yang konsisten.
  • Ketergantungan pada penyerbuk tertentu: bunga bangkai mengandalkan serangga tertentu, seperti lalat dan kumbang, untuk penyerbukan. Gangguan pada populasi serangga bisa mengurangi kesuksesan reproduksinya.

Langkah-langkah Konservasi Amorphophallus titanum

Konservasi Amorphophallus titanum melibatkan berbagai strategi yang bertujuan untuk melindungi spesies ini dari kepunahan. 

Potret Pengukuran tangkai daun dan panjang kanopi daun Amorphophallus titanum oleh tim LIPI dan Balai Besar KSDA Sumatera Utara di CA dan TWA Sibolangit (Dirjen MenLHK KSDAE)

Inilah beberapa langkah konservasi yang penting untuk Amorphophallus titanum:

  • Perlindungan habitat: langkah pertama dan paling penting adalah melindungi habitat alami bunga bangkai di hutan hujan tropis Sumatra. Ini termasuk pembatasan aktivitas pembalakan dan konversi lahan yang dapat mengancam habitat.
  • Program pembiakan: kebun botani dan lembaga konservasi sering kali mengembangkan program pembiakan untuk menumbuhkan populasi Amorphophallus titanum dalam pengaturan yang terkontrol. Ini memungkinkan mereka mengkaji lebih lanjut biologi dan ekologi tanaman, serta menyediakan individu yang bisa dipakai untuk reintroduksi ke habitat asli jika diperlukan.
  • Pendidikan dan kesadaran masyarakat: menginformasikan masyarakat tentang keunikan dan pentingnya konservasi Amorphophallus titanum sangat penting untuk mendapatkan dukungan lokal. Program pendidikan dapat melibatkan masyarakat lokal dan pengunjung ke area konservasi tentang cara-cara melindungi spesies ini dan habitatnya.
  • Penelitian dan monitoring: kunci untuk pengelolaan konservasi yang efektif adalah dengan melakukan penelitian, guna memahami kebutuhan ekologis Amorphophallus titanum, seperti kondisi tanah, kelembapan, dan kebutuhan penyerbukan. Monitoring reguler terhadap populasi dan habitatnya juga penting dalam menilai keberhasilan upaya konservasi.
  • Kerja sama internasional: karena Amorphophallus titanum adalah spesies yang menarik perhatian internasional, kerja sama antar negara dalam hal penelitian dan pertukaran pengetahuan sangat penting. Ini dapat melibatkan pertukaran bibit dan teknik pembiakan, serta kerja sama dalam penanganan perdagangan ilegal.
  • Regulasi perdagangan: memastikan bahwa perdagangan Amorphophallus titanum diatur secara ketat untuk menghindari eksploitasi berlebihan. Hal ini melibatkan penerapan hukum perdagangan internasional seperti CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) untuk mengontrol ekspor dan impor spesies ini.

Perlu kita tanamkan pemikiran bahwa dengan memahami, menjaga, dan melindungi Amorphophallus titanum, kita bukan hanya menjaga keberlangsungan hidup satu tumbuhan, tetapi seluruh ekosistem yang bergantung pada tumbuhan tersebut.

Menjaga alam adalah tanggung jawab bersama. Yuk, bersama jaga lingkungan dan lindungi habitat flora fauna!

Nana Nadiya Mahardika

Referensi:

https://media.neliti.com/media/publications/58692-EN-how-to-predict-the-blooming-of-the-giant.pdf
https://www.usbg.gov/gardens-plants/corpse-flowers
https://blogs.cornell.edu/arum/about/
https://smujo.id/psnmbi/article/view/1483
https://ksdae.menlhk.go.id/info/8896/mendampingi-lipi-studi-ekologi-dan-populasi-bunga-bangkai-raksasa.html
https://ksdae.menlhk.go.id/berita/10745/Setelah-19-Tahun-Bunga-Bangkai-Kembali-Mekar-di-TWA-Sibolangit.html

Dukung satwa-satwa dilindungi Indonesia dengan membagikan kisah ini di sosial mediamu atau ikut berdonasi untuk satwa-satwa di pusat rehabilitasi kami dengan mengklik link di sini.

Kabar YIARI

7
Sep 11, 2024

Biji Kopi, Sebuah Harapan di Tanah Batu Lapis

Di tengah bayangan kelam akan habisnya sumber daya hutan, muncul secercah harapan baru di Desa Batu Lapis. Deli, seorang pemuda desa yang dulunya hidup dari menebang kayu, kini menemukan cara lain untuk bertahan—melalui biji kopi. Langkah kecil yang ia ambil ini...

7
Sep 5, 2024

Mengenal Yaki, si Monyet Hitam Endemik Sulawesi

Halo Sobat #KonservasYIARI! Pulau Sulawesi adalah rumah bagi beberapa primata unik, termasuk yaki, yang hanya dapat ditemukan di wilayah ini. Dikenal juga dengan nama ilmiah Macaca nigra atau Celebes Crested Macaque dalam bahasa Inggris, yaki memiliki berbagai nama...

Artikel Terkait